Pages

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Statistika

Powered By Blogger

16-025na@gmail.com

Labels

Labels

Its a Girl

https://btemplates.com/2016/blogger-template-its-a-girl/

BTemplates.com

Boxed / Fluid

Blogroll

About

Selasa, 27 Juni 2017

Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mencapai perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah melalui hubungan tatap muka atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.

Ragam bimbingan menurut masalah
*      Bimbingan akademik.
*      Bimbingan sosial pribadi.
*      Bimbingan karir.

Bimbingan Akademik

Diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik :
   - Pengenalan kurikulum.
   - Pemilihan jurusan.
   - Cara belajar.
   - Penyelesaian tugas dan latihan.
   - Pencarian dan penggunaan sumber belajar.

Bimbingan Sosial Pribadi

Membantu siswa memecahkan masalah sosial pribadi :
   - Hubungan sesama teman.
   - Hubungan dengan guru dan staf .
   - Pemahaman sifat.
   - Penyesuaian dengan lingkungan.
   - Penyelesaian konflik.

Bimbingan Karir

Membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah karir :
   - Pemahaman terhadap jabatan dan tugas kerja.
   - Pemahaman kondisi dan kemampuan diri.
   - Pemahaman kondisi lingkungan.
   - Perencanaan dan pengembangan karir.
   - Penyesuaian pekerjaan.
   - Pemecahan masalah karir yang dihadapi.

Tujuan Bimbingan

*    Merencanakan kegiatan penyelesaian studi perkembangan karir & kehidupan masa yang akan datang
*    Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
*    Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
*   Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.

Fungsi Bimbingan

*      Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya.
*      Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya.
*      Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
*      Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah.
*      Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir.
*      Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu.
*      Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan

Prinsip-prinsip Bimbingan

*  Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak,
*  Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik,
*  Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
*  Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,
*  Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah.

Jenis Layanan Bimbingan

* Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya sebagai usaha untuk mengetahui diri individu seluas-luasnya & latar belakang lingkungannya.
*Penyajian informasi yang menyajikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu.  Orientasi/Orientation (Cara belajar, ergaulan.,Artikulasi (Articulation – khusus untuk calon siswa), dll. 
*Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan yang memfasilitasi individu memperoleh bantuan pribadi secara langsung.
*Penempatan (Placement) danTindaklanjut (Follow-up – khusus untuk alumni): pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan program studi, pilihan sekolah lanjutan, tindak lanjut., dll.
*Konsultasi(Consultation)
    - Dengan petugas administrasi sekolah
    - Dengan staf pengajar.
    - Dengan orang tua siswa – secara individual atau dalam bentuk pertemuan dengan  para orangtua.
*Penilaian dan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tujuan apa saja yang telah dicapai dari program yang  dilaksanakan.

Asas Bimbingan dan Konseling
*      rahasia,
*       sukarela,
*      terbuka,
*      kegiatan,
*      mandiri,
*      kini,
*      dinamis,
*      terpadu,
*      harmonis,
*      ahli (menggunakan kaidah-kaidah profesional),
*      ahli tangani kasus (memberikan kepada yang lebih ahli),
*      tut wuri handayani (mengayomi).

Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program
bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam
empat jenis layanan:
*Layanan dasar bimbingan yang diberikan melalui kegiatan kelas atau di luar kelas dalam membantu siswa mengembangkan potensi secara optimal.
*Layanan responsif yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah yang memerlukan bantuan dengan segera.
*Layanan perencanaan individual yang diberikan kepada semua siswa agar dapat membuat perencanaan masa depan.
*Dukungan sistem yang memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas.

Pendekatan Bimbingan
*Pendekatan Krisis, membantu individu yang datang sesuai dengan masalah yang dihadapinya dengan lebih menggunakan pendekatan psikoanalisa.
*Pendekatan Remedial, membantu memperbaiki kesulitan dan kelemahan individu dengan lebih menggunakan pendekatan behavioristik.
*Pendekatan Preventif, mengajarkan pengetahuan dan keterampilam untuk mencegah dan mengantisipasi masalah.
*Pendekatan Perkembangan, menggunakan teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.


Kualitas Pribadi Konselor
Karakteristik kualitas pribadi konselor:
pemahaman diri (mengetahui masalah yang harus diselesaikan)
kompeten,
kesehatan psikologis,
dapat dipercaya,
jujur,
kekuatan (agar klien merasa aman),
bersikap hangat,
active responsiveness (bersifat dinamis),
sabar,
kepekaan (menyadari  masalah yg tersembunyi pada klien),
kesadaran holistic (memahami klien secara utuh).

Senin, 26 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

     Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,  tunagrahita,  tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

BEBERAPA ISTILAH DALAM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS:
     Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
    Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
    Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.  Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
    At Risk : anak yang meskipun tidak teridentifikasikan memilki kerusakan namun berpeluang mengalami hambatan atau masalah tertentu. Contoh : seseorang yang tidak memilki gangguan tapi dia mengalami kesulitan dalam belajar.

     Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.


SLB A:
    
     Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
Kebutaan Total (Totally blind) : yaitu dimana indera penglihata seseorang benar-benar sudah tidak dapat berfungsi lagi
Low Vision : seseorang dikatakan Low vision apabila orang tersebut mengalami kekurangan penglihatan.

     Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.

SLB B:


     Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55 dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90 dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB).

     Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

SLB C:

     Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
Retardasi mental dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
1.       Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
2.       Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
3.       Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
4.       Retardasi mental parah ( IQ < 25 )

            Dalam Sekolah Luar Biasa khusunnya SLB-C untuk tunagrahita anak-anak dengan retardasi mental dapat digolongkan  menjadi dua tipe :
1.      Educabel
pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dimasukkan pada sekolah SLB-C.
2.      Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Sekolah Luar biasa untuk kategori ini adalah SLB-C1.

     Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

SLB D:

     Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
    Tujuan umum pendidikan di SLB-D adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dan tujuan khususnya agar siswa dapat mandiri minimal dapat mengurus dirinya sendiri, menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di sekolah telah melaksanakan berbagai kegiatan seperti pembelajaran, latihan, dan bimbingan baik pada siswa maupun pada orang tuanya. 


SLB E:
    
     Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

     Di dalam pelaksanaan penyelenggaraannya kita mengenal macam-macam bentuk penyelenggaraan pendidikan anak tunalaras/sosial sebagai berikut:
1.      Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus.
2.      Kelas khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang cakap membimbing anak.
3.      Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras tanpa asrama Bagi Anak Tunalaras yang perlu dipisah belajarnya dengan kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya.
4.      Sekolah dengan asrama. Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan.

SLB G:

     Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

Klasifikasi anak Tunaganda, pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelaianan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. kelainan utamanya tunanetra.
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras. Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.
            Pada masa lalu,tunaganda secara rutin dipisahkan dari sekolah regular, bahkan sekolah Khusus. Demikian juga program-program pendidikan bagi anak tunaganda semakin dikembangkan untuk anak usia sedini mungkin. Setidak-tidaknya program pendidikan lebih diorientasikan untuk meningkatkan kemandirian anak. Sementara itu dengan pengajaran seharusnya mencakup, di antaranya: ekspresi pilihan, komunikasi, pengembangan keterampilan fungsional, dan latihan keterampilan sosial sesuai dengan usianya, menyadari akan kondisi obyektif anak anak tunaganda, maka pendekatan multidipliner adalah penting. Oleh karena itu orang-orang yang sesuai dalam mengatasi anak tunaganda, seperti terapis bicara dan bahasa, terapis bicara dan bahasa,terapi fisik dan okupasional seharusnya bekerjasama dengan guru-guru kelas, guru-guru khusus dan orangtua, karena perlajuan yang lebih cocok untuk mengatasi anak-anak tunaganda berkenaan dengan masalah ketererampilan adalah memberikan layanan yang terbaik daripada yang diberikan ditempat terapi yang terpisah. 
    Untuk dapat menjamin kemandirian menjamin kemandirian anak tunaganda dalam proses pembelajaran perlu didukung dengan penataan kelas yang sesuai,alat bantu dalam meningkatan keterampilan fungsionalnya. Integrasi dengan anak seusia merupakan komponen lainnya yang penting. Menghadirkan sekolah regular dan berpartisipasi dalam kegiatan yang sama dengan anak-anak normal adalah penting untuk pengembangkan keterampilan sosial dan persahabatan,di samping dapat mendorong adanya perubahan sikap yang lebih  positif.

Selasa, 13 Juni 2017

Perkembangan Kognitif dan bahasa

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA

     Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang dibentuk melalui pengalaman, tetapi tidak semua perilaku yang berubah merupakan hasil beljar, seperti perubahan perilaku karena obat dan kelelahan.
Proses dan Periode


Proses biologis, Kognitif, dan Sosioemosional

     Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetik memainkan peran penting. Proses biologis melandai perkembangan otak, berat dan tiggi badan, pperubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber.
     Proses kognitif adalah perubaha dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun straregi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna.
     Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan perasaan gembira remaja saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional.


Periode perkembangan


  • Infancy (bayi)
  • Early childhood (usia balita)
  • Middle 
  • Late childhood (periode sekolah dasar)
  • Adolescence (masa remaja)
  • Early adulthood
  • Middle adulthood
  • late adulthood
PERKEMBANGAN KOGNITIF
     Penyair Amerika abad ke-20 Marianne Moore mengatakan bahwa pikoran adalah "sesuatu yang bernyanyi". Bagaimana cara pikiran ini berkembang telah menarik perhatian banyak psikolog.


Otak


  • Daerah dan sel otak
  • Literalisasi
  • Otak dan pendidikan anak-anak
Teori Piaget

Proses Kognitif
     Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). 
Skema
     Sebuah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran seseorang yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi.
Asimilasi
     Suatu proses mental yag terjadi ketika seorang anak memasukan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada.
Akomodasi
     Suatu proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Organisasi
     Konsep Piaget tentang pengelompokan perilaku yang terpisah ke dalam sistem kognitif yang lebih tertip dan lancar pengelompokan atau penataan perilaku kedalam kategori-kategori penggunaan organisasi meningkatkan kemampuan memori jangka panjang.
Ekuilibrasi 
     Suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ketahap pemikiran selanjutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak mengalami komplit kognitif atau disekulibrium dalam usahanya untuk memahami dunianya. pada akhirnya, anak memecahkan konflik itu dan mendapatkan keseimbangan pemikiran.

Tahap-tahap Piagetian 

Tahap Sensiro motor : Tahap Piagetian pertama, mulai dari kelahiran sampai sekitar usia 2 tahun, dimana bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengordinasikan pengalaman indra dengan gerakan motor.

Tahap praoreasional : Tahap Piagetian kedua, mulai dari sekitar usia 2 tahun - 7 tahun pemikiran simbolis meningkat tetapi pemikiran operasional belum ada.

Subtahap Fungsi Simbolis : Subtahap pertama dari pemikiran praoperasional, trejadi di antara usia 2-4 tahun berkembangya kemampuan untuk mempresentasikan objek yang tidak hadir dan meningkatnya pemikiran simbolis muncul egosentris me dan animisme.

Subtahap Pemikiran Intuitif : Subtahap kedua dalam pemikiran provesional, dimulai sekitar usia 4 tahun dan berlangsung sampai usia 7 tahun. Pada subtahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tau jawaban dari smua pertanyaan.

Centration : Pemfokusan atau pemusatan perhatian pada suatu karakteristik dengan mengabaikan karakterustuk lainya; karakteristik dari pemikiran praoperasional.

Convervation : Ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilanya; menurut Piaget, ini adalah kemampuan kognitif yang berkembang dalam tahap operasional konkrit.

Tahap Oerasional Konkrit : Ini adalah tahap perkembangan kognotif Piagetian ketiga, dimulai dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11 tahun. pemikiran operasional konkrit mencakup peenggunaan operasi. Penalaran logiaka menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkrit. Kemampuan untuk mengolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak.